KETIKA ALMAMATERKU MATI SURI




Entah dari mana saya memulai catatan ini. Pagi ini mentari tampak bersemangat menyebarkan kehangatan sinarnya. Saya duduk dibelakang rumah menghadap tepat kearah sang surya. Dari arah belakang terdengar suara “nyapo mas ?”,ternyata suara pak lik. “ niki lo pak lik,makan iwak “ jawab saya. Tanyanya “ Bela sidone sekolah SD ndik endi mas ?”,jawab saya “ dateng SD I”, “Piro mas muride ?”,” katah 50 langkung,ngantos dados kalih kelas “. Dari percakapan itu lah Pemikiran ini timbul ketika melihat keadaan akan almamater kebanggaan. Selama enam tahun saya ditempa diperkenalkan akan baca,tulis juga berhitung. Hingga akihirnya saya mampu melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi dengan kepuasaan tersendiri. Namun kebanggan itu mulai memudar berganti dengan keprihatinan yang mendalam. Melihat jumlah peserta didik yang semakin berkurang. Ada apa dengan SDN Sumberdadi II..???


Sungguh ironi jika dibanding tetangga sebelah (SDN Sumberdadi I) yang justru kekurangan ruang. Pada saat penerimaan peserta didik tahun ini sebagai contoh tercatat lebih dari 50 siswa baru yang menghuni kelas satu. Bahkan kebijakan yang tedengar konyol pun terpaksa dikeluarkan siswa kelas dua dipaksa masuk pukul  09:00 setelah siswa kelas satu selesai menerima pelajaran. Hal itu terpaksa dilaksanakan melihat jumlah peserta didik yang melebihi daya tampung ruangan. Ia memang sejak zaman saya pun SDN Sumberdadi II  masih kalah jauh dari segi jumlah peserta didik,itu memang bukan pembanding yang sepadan, Kembali ke almamaterku selama Tiga tahun terakhir ini tercatat total tidak lebih dari 30 siswa yang menghuni tiga ruang kelas dengan Rincian : 5 siswa kelas tiga, 18 siswa kelas dua dan 2 siswa kelas satu.


Tampaknya kata-kata pepatah Hidup segan mati tak mau,itu sesuai dengan keadaan SDN Sumberdadi II Sekarang ini. Keperihatinan ini yang mendorong saya untuk mencoba mencari penyebab sehingga kejadian ini bisa terjadi. Perediksi pertama ialah hilangnya kepercayaan wali murid menitipkan anaknya di SDN Sumberdadi II seiring hilangnya figure yang dianggap mampu oleh wali murid. Hal ini memungkinkan menjadi penyebab migrasi peserta didik. Melihat sosok figure lama yang dipandang mampu menyampaikan materi dengan bagus,dan sekarang satu persatu hilang dikarenakan purna tugas atau hal lain. Berdasar pemikiran saya hal itu dapat diatasi dengan menunjukan prestasi SDN Sumberdadi II ke masyarakat. Dengan menunjukkan  prestasi SDN Sumberdadi II ke masyarakat diharapkan ada timbal balik yang memuaskan,yaitu meningkatnya daya tarik,sehingga berbanding lurus dengan harapan untuk mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat.Namun tampaknya prediksi pertama tidak bisa dijaadikaan alasan utama  almamaterku sepi peminat.


Saya beralih ke kemungkinan kedua yaitu alasan mendasar berhubungan dengan lokasi. Keterjangkauan lokasi SDN Sumberdadi II sebenarnya sangat strategis berada di tiga perbatasan. Namun, hal itu bak dua sisi mata uang. Disatu pihak dinilai strategis karena berbatasan dengan 3 kecamatan  yaitu kedungwaru (Plosokandang) , Boyolangu(Tanjungsari) ,dan Sumbergempol(Wonorejo,dan sumberdadi sendiri). Secara logika mereka yang berada diperbatasan akan lari ke SDN Sumberdadi II dikarenakan keterjangkauan dari tempat tinggal dari pada harus lari ke SD di desa asal.Disisi lain hal yang saya anggap strategis ini dapat juga dinilai berbahaya dikarenakan lokasi SDN Sumberdadi II yang berada di sisi jalan provinsi dinilai tidak aman bagi wali murid untuk menyekolahkan putra-putrinya ke SDN Sumberdadi II. Ditambah dari arus lalu-lalang kendaraan yang melintas sehingga meninggalkan kebisingan yang berakibat tergangunya konsentrasi peserta didik saat nmenerima pelajaran. Sebelumnya coba kita bandingkan dengan SDN Sumberdadi III yang berlokasi di pedalaman dan jauh dari hiruk pikuk keramaian,jadi alasan kedua masuk akal. Namun jika kita baandingkan dengan SDN Sumberdadi I yang sama-sama berlokasi di tepi jalur provinsi,tentu hal ini sungguh sangat tidak masuk akal. Jika membicarakan lokasi saya menilai hal ini juga bukan penyebab utama sehingga populasi peserta didik di SDN Sumberdadi II menyusut.


Kita beralih kekemungkinan ke tiga sehingga kepunahan hampir menyapa almamaterku,yaitu fasilitas penunjang. Dari segi fasilitas seperti  fisik bangunan,meja,bangku dll berdasarkan apa yang saya ketauhi SDN Sumberdadi II tidak dapat dipandang sebelah mata bahkan dari ke tiga SDN yang berada di wilayah desa Sumberdadi, SDN Sumberdadi II masih unggul dari pesaingnya. Saya ambil contoh mengapa setiap UAS tinggkat SD, SDN Sumberdadi II selalu dipercaya sebagai tuan rumah bersama ?. hal ini adalah sebagai bukti nyata bahwa Dinas Pendidikan menilai SDN Sumberdadi II memiliki fasilitas yang memadahi,sebut saja lahan parkir yang berdiri sendiri. Selama ini SD-SD lain masih memanfaatkan Tritrisan gedung sekolah untuk parkir. Bahkan saya sangat terkejut ketika diberi kesempatan melihat kondisi bangku di SDN Sumberdadi I,dan kondisi  lokasi parkir SDN Sumberdadi III. Kondisi fisik bangunan dari ke tiga SD Negri di wilayah Sumberdadi ini memang hampir sama,atau bisa dikatakan SDN Sumberdadi I unggul sedikit dari lainnya. Tapi kondisi didalam sangat berbanding terbalik dengan luaraannya. Setidaknya ada pelajaran yang bisa saya ambil dari kondisi ini, yaitu strategi  yang di gunakan SDN Sumberdadi I sangat jitu. Mereka mengutamakan kesan pertama dalam mengambil perhatian dan minat konsumennya. Setidaknya hal itu bisa di contoh almamaterku.


Sayang beribu sayang saya tidak bisa mendapat informasi terkini mengenai menejemen organisasi dari masing-masing SD tersebut, sehingga sulit untuk membandingkan satu dengan lainnya. Dari beberapa sepekulasi penyebab yang telah saya paparkan,semuanya memiliki  hubungan yang saling berimbas satu dengan lainya. Jadi tidak ada masalah yang mendominasi sehingga berpengaruh terhadap keadaan ini. Justru dengan kesetaraan masalah yang menyebabkan SDN Sumberdadi II sepi peminat, Sehingga sulit untuk menggunakan strategi prioritas pemecahan. Terkesan masalah ini semakin pelik dan kronis jika dibiarkan berlarut-larut bahkan tidak memnutup kemungkinan almamaterku akan dibubarkan. Dalam hal ini dibutuhkan peran serta dinas pendidikan untuk langsung turun tangan dalam menyeleasikan masalah ini. Dikarenakan hal ini dapat berimbas pada kecemburuan social antara pendidik. Sebagai ilustrasi dari masalah itu sebagai berikut. Jika pengajar dalam SD A hanya dibebani mendidik 10 siswa sedang pengajar yang ditempatkan di SD B harus mengajar 35 siswa,dengan gaji dan tunjangan yang sama tentu pengajar di SD B akan merasa tidak adil dengan kondisi itu. Kecemburuan sosial ini akan berimbas lebih jauh ke anak-anak didik yang kurang diperhatikan,sehingga muncul masalah baru yang terus berkesinambungan.


Solusi yang bisa dilakukan dinas pendidikan ialah mengluarkan kebijakan pengutamaan lokasi domisili untuk memilik sekolah bagi para wali murid. Meski hal ini pasti menemui kendala dalam pelaksanaannya dan bersifat sentimental dengan HAM atau kebebasan,namun saya nilai kebijakan itu sangat perlu diterapkan untuk menyelamatkan almamaterku yang berada diambang kepunahan. Selain solusi yang terkesan absolut diatas hendaknya peran serta masing-masing sekolah untuk menjaga kepercayaan wali murid dengan mengutamakan kualitas lulusan. Tentunya dengan etika dan sportivitas yang harus dijunjung. Atau dengan cara pembatasan penerimaan siswa sebagai permisalan tiap sekolah dibatasi masing-masing paling banyak hanya 35 siswa didik. Sehingga secara tidak langsung mereka akan beralih jika kuota sekolah yang dituju sudah habis. Dua solusi yang saya tawarkan mungkin sering dijumpai namun itu saya rasa cocok unuk mencegah sentralisasi peserta didik. Tidak ada pihak yang harus disalahkan dari masalah ini,hal ini merupakan tanggung jawab bersama semua elemen kependidikan dan masyarakat. Tugas kita sebagai alumni ialah menjaga nama baik almamater sekolah kita. Itu lah yang saya rasa mampu mengubah paradikma masyarakat akan SDN Sumberdadi II.


Diakhir catatan ini saya sangat berharap nantinya almamaterku SDN Sumberdadi II dapat kembali ke masa kejayaan atau setidaknya dapat bertahan,dan tidak hanya menjadi sejarah akan keberadaannya. Semoga catatan ini mampu menjadi inspirasi bagi semua alumni SDN Sumberdadi II. Tunjukan kepedulianmu dengan caramu tentunya dalam koridor kewajaran.
Sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kehilafan. Saya mohon maaf sebesar-besarnya jika ada pihak-pihak yang tersinggung ataupun merasa dirugikan dengan Catatan saya ini, Ini murni pemikiran semata tidak ada unsur menjatuhkan pihak lain.
J

Comments

  1. setiap moment Penerimaan Peserta Didik Baru seketika ingat catatan ini....
    SDN Sumberdadi II. How are you..?

    ReplyDelete

Post a Comment