Bercermin di Air Keruh

Pagi yang indah untuk memulai aktifitas hari ini. Seperti biasa sebelum mata benar-benar terbuka saya mulai memeriksa kabar di luar sana. Iya, sekarang era digital tidak perlu menunggu terbitan koran pagi. Cukup nyalakan gadget langsung berita dari penjuru bumi muncul. Oh iya pastikan anda terhubung dengan jaringan internet. Itu lah kemajuan peradaban yang menjadikan manusia seolah hidup dalam kenyataan yang maya.


Bicara mengenai teknologi dan perkembangannya, memang tak akan pernah habis dan selalu menarik untuk dibicarakan. Teknologi yang pada hakekatnya adalah wujud dari penerapan ilmu pengetauan tak dapat dipungkiri untuk terus berkembang. Membahas mengenai teknologi, saya teringat pertama kali saya berkenalan dengan komputer. Saat itu saya duduk dibangku SMP, bahkan jangankan untuk menjalankan menu komputer menekan tombol power untuk menyalakan saja harus membaca doa dan berharap tidak terjadi kesalahan. Maklum dulu perangkat komputer merupakan hal yang mewah Hahahahha, mungkin sangat berbeda jauh jika dibandingkan generasi era sekarang. Bahkan tak usah jauh-jauh adik keponakan saya yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak pun sekarang sudah mahir mengoperasikan laptop untuk sekedar main game kesukaannya (Plant and Zombie, Sally Salon, Angry Brid dll). Ya memang kurang etis jika membandingkan era 90an dengan era milineum seperti sekarang.

Kembali pada pembahasan, akhir-akhir ini negara kita sedang dilanda iklim panas. Ouww..ini bukan karena efek El Nino, ,melainkan bisa dibilang Ahok efek. Tentu kalian tau semenjak kemunculan video dikepulauan 1000 mendadak seluruh negeri serasa dikotak-kotakan, menjadi dua bagian. Satu kubu pro Ahok dan Satu kubu Kontra Ahok. Bahkan semakin runyam jika sudah mebawa-bawa urusan keyakinan. Maka dari itu sebagai muslim yang masih belajar menemukan hakikat muslim yang benar-benar muslim, Saya tidak tertarik membahas kasus penistaan agama. Saya personal sudah memaafkan kehilafan bapak Ahok, namun melupakan kejadian itu tidak. Semoga dengan kejadian itu beliau lebih berhati2 dalam berucap. Bagi saya personal biarlah hukum yang menyelesaikan.

Jauh menenggok kebelakang yang ingin saya bahas mengenai perubahan sikap dan budaya bangsa kita. Sekarang mudah sekali menyebarkan kebencian, saling menggumpat, mencaci, dan menyebarkan fitnah. Sudah sangatt jelas ini BUKAN BUDAYA kita. Kita bangsa INDONESIA, bangsa ketimuran yang SANTUN dalam segala hal. Bangsa yang terkenal dimata dunia dengan keramah-tamahan masyarakatnya. Tiba-tiba hal ini yang selama ratusan tahun melekat mulai luntur.
Kenapa demikian...?

Saya rasa ini karena banyak hal... Coba kita refleksikan kebelakan, kemana dan kapan semua ini mulai memudar..... Tak usah jauh-jauh, saya jadi teringat ketika tahun 2014. Iya, saat pesta demokrasi pemilihan orang nomer 1 di Indonesia. Saya rasa mulai saat itu, iya saat itu kita mulai dipaksa untuk membiasakan diri dengan gesekan-gesekan karena perbedaan. Pasti kalian ingat, mulai dari OBOR Rakyat sampai mengkorek-korek kasus HAM yang sudah tertimbun puluhan tahun lamanya. Bangsa yang awalnya SANTUN digesekkan untuk sebuah kepentingan. Hal ini diperparah dengan semakin mudahnya informasi di akses. Tanpa filter, tanpa kapas ....Ibarat rokok semacam KRETEK.

Kita sebagai masyarakat kecil pun tak bisa mengelak untuk tidak terpancing. Apabila para petinggi negeri juga tak memberikan teladan kesantunan. Saya rasa lunturnya, rasa santun yang menjadi ciri khas bangsa ini bisa jadi karena minimnya TELADAN. Ditambah serangan dari pihak luar yang menginginkan bangsa ini pecah dan tercerai berai. Dulu saat (Facebook,Twitter,Instagram,WA,BBM,Line,dll) belum masuk ke Indonesia informasi yang diterima masih bisa terkontrol. Diera sekarang ibaratkan bercermin di air yang keruh. Niat hati untuk mendapatkan pencerahan, malah justru kemudahan informasi disalah gunakan.

Perbedaan yang dulunya tampak harmoni tiba2 sekarang terasa sebagai ancaman. Padahal jika ditarik kebelakang kenapa lambang negara kita meggenggam pita bertuliskan "BINEKA TUNGGAL IKA" itu maknanya biar menjadi pegangan. Iya saya sangat setuju. Kita butuh pegangan dalam bernegara dengan PANCASILA dan UUD sebagai dasar kita ber Negara.

Disadari atau tidak kondisi sekarang ini menjadikan sebagai bangsa yang besar kita tidak fokus kedepan. Disaat bangsa lain sibuk merancang masa depan justru bangsa kita sibuk dengan saling MENJATUHKAN.

Saya rasa benar apa yang dikatakan pendiri negara ini jika "Perjuangan Kalian Akan Lebih Berat, Karena Melawan Bangsamu Sendiri" (Ir.Soekarno).

Diakhir CATATAN ini semoga kita dapat mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Di era globalisasi mutlak diperlukan kedewasaan dalam menyikapi segala hal termasuk Perbedaan.
Ingat negara kita ada bukan karena kesamaan etnis, suku, ras, agama, Namun negara kita ada karena keberagaman dan kesamaan Cita-Cita yaitu menjadi INDONESIA.

By: M.F.F
(Pemuda Yang Merindukan Kedamaian)

Comments