Jangan Tanya "KENAPA...?"



Banyak dari kita tidak sadar selalu bertanya dengan kata tanya “KENAPA”. Enatah karena perhatian atau hanya sekedar penasaran, tampaknya kata tanya ini akrab ditelinga. Tapi baru-baru ini saya mulai tersadar ternyata ada dampak besar dari kata tanya ini.

Multidimensi frasa ini menjadi polemik, terlepas bagaimana kalian menyikapinya itu mutlak menjadi hak PREROGATF masing-masing dari kita. Tapi coba kembali lihat dari sisi kejadian ini....

Sekitar dua minggu yang lalu ada teman ditempat kerja yang selama dua hari berturut-turut datang terlambat. Entah karena penasaran atau perhatian kemudian si Juragan tanya.
Pertanyaan nya sih sudah defalut “kenapa kamu terlambat?”. Tapi apa yang terjadi dengan jawaban anak buahnya “maaf pak saya bangun kesiangan”. Jika saya yang diposi si juragan tentunya shock. Jawaban macam apa ini..?. Tapi kenapa si anak buah memberikan jawaban tersebut, sudah barang tentu ada alasan.

Sebagai atasan atau pun orang dengan rasa penasaran tingkat dewa hendaknya mulai bersabar untuk menahan rasa inggin tahunya. Karena, tidak semuanya rasa ingin tau itu berdampak baik, bahkan tak jarang destruktif. Hendaknya setelah mendapat jawaban seperti itu sudah cukup, boleh lah misal diakhir jawabannya disisipkan nasehat agar tidak terulang kembali.

Tapi jangan malah ditambahan-tambahi dengan pertanyaan-pertannyaan lain....
yang ujung-ujungnya menjadikan subjek yang ditanyai memberikan alasan-alasan atas jawabannya.......

Hal ini sama persis yang saya alami dengan keponakan saya. Sepertinya saya masih harus terus belajar menjadi calon ayah yang baik. Tanpa saya sadari, mungkin saya dulu juga seperti si juragan yang penuh dengan rasa ingin tahu level kronis.

Bagaimana tidak setiap hampir dua minggu sekali saya menyempatkan QTime dengan keluarga khususnya si kecil. Karena setelah beberapa hari tidak bisa menghabiskan waktu bersama karena aktifitas dan kondisi geografis, maka bertumpuklah beribu-ribu pertanyaan yang belum sempat ditanyakan. Dan akhirnya muncul satu per-satu, saat sudah dihadapan.

Tanpa disadari rasa ingin tahu yang berlebih dan kesalahan saya dalam menggunakan kata tanya menjadikan si kecil mulai mencari-cari jawabanya. Padahal awalnya maksud yang saya inginkan baik, yaitu saya ingin mengetauhi apa saja yang telah dia lakukan. namun kenyataannya tak sejalan.

Menggunakan Kata tanya kenapa, sebenarnya wajar saja....Tapi tanpa kita sadari akan menjadi efek domino jika tidak terkendali. Benar saja, hal ini saya alami.. Awalnya ya biasa saja namun setelah kata tanya KENAPA.? KENAPA.? dan KENAPA.? berjajar rapi hasilnya jawaban ini yang saya peroleh. Ia berkelak dari kondisi sebenarnya dan mulai mengarang bebas..haahah.
Yaaa.. mungkin sikecil sudah mulai terpojok dengan kata tanya KENAPA dari saya.

Dari kejadian itu saya belajar bahwasannya apapu yg berlebihan itu tidak baik. Misalnya kata tanya KENAPA. Awalnya dan pengennya mau tanya..Entah boleh dideskribsikan dalam konteks rasa PERHATIAN atau Sekedar PENASARAN terserah kalian. Tapi hendaknya kita lebih arif dalam menggunakan pilihan kata dalam berkomunikasi. Biasa lah namanya juga manusia khilaf satu, dua, tiga kali itu wajar. Namun yang terpenting kita tahu kesalahan kita dan mau berusaha untuk tidak menggulangi.

Itu saja yang ingin saya bagi pada catatan kali ini...
Semoga MOmm dirumah dapat menggambil manfaat dari pengalaman ini. Buat kalian yang sudah nyasar dan baca postingan ini jangan menyesal hahahha....terimakasih


By: M.F.F
(Pemuja Rahasia yang Tak Kunjung Dewasa)

Comments