Sajak Yang Hilang

Tidak terasa sudah sebulan terlewatkan begitu cepat, begitu pula tidak terasa sisa-sisa saldo direkening yang semakin menipis. Penantian yang cukup menguras pikiran dan tenaga. Menyebalkan memang tapi bagaimana lagi itu harus dilewati, sebagai bagaian dari perjalanan hidup. Saya masih ingat betul saat terakhir kali menulis pesan dalam karung yang hingga kini sudah mulai menggunung. Pada intinya adalah "KEPASTIAN" dan sampai saat itu saya masih dengan ketakutan yang tidak beralasan.


Jikalah kalian pernah duduk lama dibangku kayu, menunggu datangnya kereta yang jadwal berangkatnya jelas-jelas tertulis dikarcisnya pukul 13.40 Wib. Pasti kalian akan sebisa mungkin berangkat lebih awal dari jadwal keberangkatan. Hal itu normal namun pasti Beraneka ragam,sudah barang tentu. Ada yang datang 5 Menit, 10 Menit, 20 menit, 30 Menit, 1 jam, 2 jam lebih awal dari jadwal keberangkatan. Begitu seterusnya.
Kenapa demikian..? Saya masih berusaha  menganalogikan, untuk memahami alasan dibalik semua ini. Analoginya yaitu sama halnya kalian menunggu kereta yang jadwalnya sudah jelas terpampang dikarcis perjalanaan. Bagi kalain yang tidak mau ketinggalan kereta,pasti akan berangkat lebih awal. Yang sekali lagi menjadi pertanyaan, sebegitu pentingkah perjalanaan itu hingga kalian rela menunggu 1 jam, 2 jam atau bahkan berjam-jam lamanya untuk sebuah keberangkatan perjalanaan. Belum lagi jadwal karet yang maju tidak mungkin dan molor pasti. Saya balik bertanya masihkah kalian putuskan untuk menunggu..?

Sama halnya yang saya lakukan, saya berusaha bertahan menunggu dan menunggu. Hingga akhirnya kebosanan ini semakin mendarah daging. Masalahnya bukan terletak pada seberapa kuat saya bertahan untuk menunggu. Tapi terletak pada apakah sang masisinis tahu, jika ada orang yang sudah berangkat lebih awal, antri panjang beli tiket, dan menunggu berjam-jam demi sebuah perjalanaan. Tidak kah analogi ini tepat..? Atau kah usaha saya kurang maksimal..? Seharusnya saya tidak hanya menunggu tapi harus menyikapi dengan menjauhi tujuan dan datang ke stasiun sebelumnya.

Memang menyalahkan itu hal yang paling mudah dilakukan, namun sekiranya kalian tahu dalam kehidupan untuk semua ini ada yang mesti dikorbankan, dan setiap masing-masing dari kita punya batas ultimit kemapuan yan berbeda-beda.

Saya tidak pernah tahu seberapa lama lagi saya harus menunggu kedatangannya. Karena jauh disana saya yakhin ada juga yang menantikan kedatanganku. Dan kini benar-benar terjadi ketakutan itu mulai terjawab. Ada yang hilang dari sebait sajak. Paragraf penantian yang tak lagi mengasikkan.

Dan akhirnya cukup sampai disini, ketika semuanya mulai jelas bahwa tak ada lagi kepastian kapan kereta akan datang. Melanjutkan perjalanan untuk sebuah tujuan. Selamat datang lembaran penantian baru.
Ini adalah jawaban akan postingan sebelumnya. Bahwasanya semua akan berjalan pada bagiannya masing-masing.

Diakhir catatan ini ku kirim sepengal bagian dari "Sajak Yang Hilang".
Sediakan sedikit ruang untuk kecewa, agar kita tak mudah untuk berharap lebih.

M.F.F
(Penikmat Lampu Kerlap-Kerlip)

Comments